Wednesday 30 November 2016

TINJAUAN PUSTAKA : SISTEM PERIODIK UNSUR

No comments:
TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan tentang unsur dan senyawanya sudah sedemikian luas dan semuanya hanya dapat di pelajari dengan menggunakan sistem periodik.
Pada saat ini tidak munkin lagi untuk mempelajari sifat masing masing unsur dan senyawanya satu persatu seacra terpisah tetapi menurut golongan beberapa aspek tentan unsur, seperti ukuran atom dan ion, energi ionisasi,afiitas elektron, keelektronegatifan, dan potensial elektron digunakan untuk memahami sifat unsur dan senyawanya.
Pada akhir akhir ini telah di adakan usaha untuk menghilangan perbedaan dalam pemberian lambang A dan B untuk nomor golongan dalam sistem periodik ( tabel periodik ) yang digunakan di eropa barat dan amerika. ( indonesia menggunakan sistem  periodik sama seperti yang di gunakan amerika).
Baik sistem eropa maupun istem amerika di gunakan angka romawi untuk menyatakan nomor golongan.Namun dalam menggunakan huruf A dan B,kedua sistem hanya sama untuk golongan IA dan IIA ,IB dan IIB. Untuk golongan lainya berlawanan yaitu golongan IIIA, IVA, VA,VIA, VIIA dalam sistem periodik amerika, dalam sistem  periodik yang berlaku di Eropa, digunakan berturut-turut IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB.
IUPAC telah merekomendasikan untuk menggunakan angka arab dalam memberikan nomor golongan unsur dari kiri ke kanan dengan angka 1 sampai 18. (Hiskia Achmad)

Hiskia,achmad. 2001 . kimia dan unsur dan radio kimia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

            Setelah unsur unsur kimia ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak , orang berusaha mempelajari unsur-unsur kimia tersebut secara sistematik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk  mengadakan penggolongan unsur-unsur atas dasar kesamaan sifat sifat tertentu. Usaha yang mula-mula ialah menggolongkan unsur-unsur menjadi logam dan non logam. Unsur-unsur seperti emas,perak,tembaga dan seabgainya termaksud golongan logam. Sedangkan unsur unsur seperti oksigen, nitrogen,belerang dan sebagainya termaksud golongan  non logam.
Penggolongan  ini ternyata kurang memuaskan karena adanya unsur unsur yang mempunyai sifat antara logam dan non logam seperti arsen,antimon dan sebagainya.
Penggolongan unsur berikut adalah penggolongannya berdasarkan valensi dari unsur – unsur. Penggolongan ini juga kurang memuaskan karena unsur unsur yang mempunyai valensi sama  seperti natrium dan klor. Tetapi sifatnya sangat berlainan.
Setelah adanya teori atom  Dalton, orang berusaha menghubungkan sifat sifat dari berbagai unsur dengan berat atomnya. (sukardjo)

Unsur periode ketiga memiliki perubahan sifat yang teratur. Pada percobaan ini sifat fisis yang akan diamati adalah daya hantar listrik dan tampilan fisis dari unsur-unsur periode ketiga. Sedangkan sifat kimia yang akan diamati dari unsur periode ketiga dalam percobaan ini adalah reaksi unsur periode ketiga dengan air, reaksi oksida unsur periode ketiga dengan air, dan reaksi alumunium dengan asam basa. Untuk percobaan ini akan dipelajari warna nyala logam alkali dan alkali tanah. (Shevla)

Unsur periode ketiga ada yang dapat bereaksi dengan air dan adapula yang tidak dapat bereaksi dengan air. Na dan Mg bereaksi dengan air membentuk hidroksinya dan gas H2, sedangkan untuk Al akan bereaksi walaupun sangat lambat dengan membentuk Al2O3. Unsur Si, P, dan S tidak bereaksi dengan air. Dalam bentuk hidroksidanya sifat asam dan basa dari unsur periode ketiga berubah secara periodik dari kanan kekiri NaOH bersifat basa kuat, Mg(OH)2 basa lemah, Al(OH)3 atau HAlO2 amfoter, H2SiO3 asam sangat lemah, H3PO3 dan H3PO4  asam lemah, H2SO3 asam lemah, sedangkan H2SO4 asam kuat, HClO asam kuat. (Keenan )
Sepanjang periode dalam sistem periodik unsur terjadi perubahan sifat yang teratur, baik sifat fisis dan sifat kimianya. Urutan unsur periode ketiga dari kanan kekiri adalah Na, Mg, Al, Si, P, S, Cl, Ar. Pada suhu 25oC unsur periode ketiga berwujud padat kecuali Cl dan Ar yang berwujud gas. Mg, Al, dan Na merupakan logam yang lunak sehingga dapat diiris dengan pisau biasa. Daya hantar listrik dari unsur periode ketiga semakin kekanan semakin non konduktor. Na, Mg, Al, memiliki sifat konduktor (dapat menghantarkan listrik), sedangkan Si merupakan semi konduktor. Unsur P, Si, Cl,dan Ar tidak dapat menghantarkan arus listrik (non konduktor).
Unsur periode ketiga ada yang dapat bereaksi dengan air dan adapula yang tidak dapat bereaksi dengan air. Na dan Mg bereaksi dengan air membentuk hidroksinya dan gas H2, sedangkan untuk Al akan bereaksi walaupun sangat lambat dengan membentuk Al2O3. Unsur Si, P, dan S tidak bereaksi dengan air. Dalam bentuk hidroksidanya sifat asam dan basa dari unsur periode ketiga berubah secara periodik dari kanan kekiri NaOH bersifat basa kuat, Mg(OH)2 basa lemah, Al(OH)3 atau HAlO2 amfoter, H2SiO3 asam sangat lemah, H3PO3 dan H3PO asam lemah, H2SO3 asam lemah, sedangkan H2SO4 asam kuat, HClO asam kuat. (Brady)









DAFTAR PUSTAKA

Hiskia,achmad. 2001 . kimia dan unsur dan radio kimia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sukardjo,....... . kimia Anorganik. Fpmipa IKIP,  Yogyakarta

Shevla. 1979. Buku Teks Anailisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Alih Bahasa : A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Keenan. 1986. Kimia Untuk Universitas Edisi 6 Jilid I. Alih bahasa : A. Hadyana
Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta : Erlangga
Brady, James E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Alih Bahasa : Maun, S., Anas, K. dan Sally, T. S Jakarta: Binarupa Aksara


















Friday 25 November 2016

TINJAUAN KEPUSTAKAAN : STOIKIOMETRI

No comments:
TINJAUAN PUSTAKA
STOIKIOMETRI
👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀👀





    Reaksi kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh yaitu makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan Hidrogen bergabung membentuk Ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar dan plastik dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman daun disintesis dari CO2 dan H2O oleh pengaruh energi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia (Chang,2005).
        Dalam ilmu kimia, stokiometri (kadang disebut stokiometri reaksi untuk membedakannya dari stokiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Stoicheion yaitu elemen dan metria yaitu ukuran. Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi dan bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika dan kinetika (David, 2007).
       Stoikiometri juga didefinisikan dengan mengukur unsur-unsur. Istilah ini umumnya digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan zat dan campuran kimia, zat yang dimaksudkan merupakan unsur-unsur, senyawa dan lainnya ( Petrucci, 1997).
       Kalor adalah reaktan atau produk dalam kebanyakan reaksi kimia. Sebelum kita memasukkan kalor dalam persamaan kimia yang seimbang, pertama-tama ktia harus belajar bagaimana mengukur kalor. Bila kalor ditambahkan ke suatu sistem tanpa reaksi kimia, sistem itu akan menjadi panas atau perubahan fase dapat terjadi. Suhu dan kalor tidaklah sama. Suhu adalah ukuran intensitas kalor dalam suatu sistem. Perhatikan percobaan berikut: Pegang sebuah lilin menyala dibawah satu cawan berisi air dengan 1,25 cm air di dasarnya. Pegang lilin yang sama, juga dinyalakan di bawah cawan yang sama yang penuh berisi air dalam jangka waktu yang sama. Sampel air mana yang akan menerima banyak kalor? Sampel air mana yang lebih panas? Kuantitas kalor yang sama diberikan kepada setiap cawan sebab lilin yang sama yang digunakan untuk jangka waktu yang sama. Namun, air dalam cawan dengan air lebih sedikit di dalamnya akan mencapai suhu yang lebih tinggi. Lebih banyak kuantitas air akan memerlukan lebih banyak kalor untuk mencapai suhu yang sama. Kapasitas kalor spesifik (specific heat capacity) suatu zat didefinisikan sebagai kuantitas kalor yang diperlukan untuk memanaskan tepat 1 gr zat itu sebesar 1˚C. Kapasitas kalor spesifik sering disebut kalor spesifik (specific heat). Huruf kecil c digunakan untuk menyatakan kalor spesifik. Misalnya, kalor spesifik air adalah 4,184 J/(g.˚C) ini berarti bahwa 4,184 J akan memanaskan 1 g air 1˚C. Untuk memanaskan 2 gr air diperlukan dua kali energi yang lebih banyak yaitu 8,368 J. Untuk memanaskan 1 g air sebesar 2˚C diperlukan energi 8,368 J juga. Secara umum, kalor yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan suhu sampel material tertentu dihitung dengan persamaan berikut, dengan huruf Yunani delta (∆) berarti “perubahan”. Kalor yang diperlukan = (massa)(kalor spesifik)(perubahan suhu) = (m)(c)(∆t). Kapasitas kalor dapat digunakan sebagai faktor-faktor dalam penyelesaian soal dengan metode faktor-label. Hati-hati bahwa ada dua satuan dalam penyebut, massa dan perubahan suhu. Jadi, untuk mendapat energi, kita harus mengalikan kapasitas kalor dengan massa dan perubahan suhu (Brady,1990).
       Pertanyaan mendasar yang muncul dalam pekerjaan laboratorium kimia adalah “Berapa banyak produk yang dihasilkan oleh sejumlah tertentu bahan mentah (reaktan)?” Untuk menafsirkan suatu reaksi secara kuantitatif, kita perlu menerapkan pengetahuan kita tentang massa molar dan konsep mol. Meskipun satuan yang digunakan untuk reaktan atau produk adalah mol, gram, liter atau satuan lainnya, kita menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi kimia. Pendekatan ini disebut metode mol (mole method) yang berarti bahwa koofisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat diartikan sebagai jumlah mol dari setiap zat. Sebagai contoh, pembakaran karbon monoksida di udara menghasilkan karbondioksida. Untuk perhitungan stoikiometri, kita baca persamaan diatas sebagai 2 mol gas karbon monoksida bergabung dengan 1 mol gas oksigen membentuk 2 mol gas karbon dioksida. Ketika seorang kimiawan mengerjakan suatu reaksi, reaktan biasnya tidak terdapat dalam jumlah stoikiometri yang tepat, yaitu dalam perbandingan yang ditunjukkan oleh persamaann yang setara. Karena tujuan reaksi adalah menghasilkan kuantitas maksimum senyawa yang berguna dari sejumlah tertentu material awal, seringkali satu reaktan dimasukkan dalam jumlah berlebih untuk menjamin bahwa reaktan yang lebih mahal seluruhnya diubah menjadi produk yang diinginkan. Konsekuensinya beberapa reaktan akan tersisa pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama kali habis digunakan pada reaksi kimia disebut pereaksi pembatas (limiting reagent), karena jumlah maksimum produk yang terbentuk bergantung pada berapa banyak jumlah awal dari reaktan ini (Audrey L, 1991).
       Jumlah pereaksi pembatas yang ada pada awal rekasi menentukan hasil teoritis (theoritical yield) dari rekasi tersebut, yaitu jumlah produk yang akan terbentuk jika seluruh pereaksi pembatas terpakai pada reaksi. Jadi, hasil teoritis adalah hasil maksimum yang didapat, seperti yang diprediksi dari persamaan yang setara. Pada praktiknya, jumlah produk yang didapat hampir selalu lebih kecil dari pada hasil teoritis. Perhitungan hasil teoritis ini atau biasa disebut persen yield (Zumdalh, 2009).
       Stoikiometri adalah memberikan reaksi-reaksi kimia yang pereaksi-pereaksinya bergabung dengan nisbah bilangan bulat sederhana. Persamaan kimia merupakan suatu cara untuk menyatakan reaksi kimia menggunakan seperangkat lambang bagi partikel yang berperan serta (atom, molekul, ion dan lain-lain), misalnya:
                                                     xA + yB → zC + wD
       Panah tunggal digunakan untuk reaksi tak reversibel, panah ganda untuk reaksi yang reversibel. Bila reaksi melibatkan berbagai fase, fase ini biasanya dicantumkan dalam tanda kurung sesudah lambang (s = padat, l = cair, g = gas, aq = berair). Bilangan x,y,z dan w menunjukkan jumlah relatif molekul yang bereaksi dan dinamakan koofisien stoikiometrik. Jumlah koofisien pereaksi dikurangi jumlah koofisien produk ( x + y – z – w) disebut jumlah stokiometrik. Jika jumlah ini nol, persamaannya seimbang. Kadang-kadang persamaan kimia umum ditulis sebagai:
                                    V1A1 + V2A2 + ....→ VnAn + Vn+1 + An+1...
       Dalam hal ini, ∑V1A1 = 0, dengan perjanjian bahwa koofisien stoikiometri disini adalah ∑V1. Koofisien reaksi adalah perbandingan jumlah partikel dari zat yang terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah partikel yang sama, maka perbandingan jumlah partikel sama dengan perbandingan jumlah mol. Jadi, koofisien reaksi merupakan perbandingan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi (Sumar, 1984).
       Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakukan karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat mengandung 6,02 x 1023 partikel. 6,02 x 1023 adalah bilangan avogadro (Alfian, 2009).
       Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Chang, 2005).
       Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa (Hiskia, 1991).
            Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
a.       Hukum Kekekalan Massa dari Lavoiser
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap atau sama”.
b.      Hukum Perbandingan Tetap dari Proust
“ Tiap – tiap senyawa memiliki perbandingan massa unsure yang tetap”.
c.       Hukum Perbandingan Berganda dari Dalton
“Jika dua buah unsur dapat membentuk lebih dari satu macam persenyawaan, perbandingan massa unsur yang satu dengan yang lainnya adalah tertentu, yaitu berbanding sebagai bilangan yang mudah dan bulat”
d.      Hukum Perbandingan Volume dari Gay Lussac
“Pada reaksi gas, yang bereaksi berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat asal diukur pada tekanan dan temperatur yang sama”
e.       Hukum Boyle – Gay Lussac
“Untuk gas dengan massa tertentu, maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap (Petrucci, 1987).
 Hubungan paling pokok pada perhitungan kimia, meliputi jumlah relatif atom-atom, ion atau molekul. Untuk menghitung jumlah atom, erat kaitannya dengan massa. Untuk itu diperlukan pemantapan hubungan antara massa suatu unsur yang diukur dan beberapa atom yang diketahui tetapi tidak dapat dihitung dalam massa itu. Jumlah yang diambil sebagai jumlah atom adalah 6.0225 × 1023 (biasanya dibulatkan menjadi 6,02 × 1023) dikenal dengan bilangan Avogrado, NA istilah lain yang ha,pir satu arti dengan bilangan Avogrado adalah mol. Bilangan Avogrado (6,02 × 1023) merupakan jumlah yang sangat besar. Andaikan jumlah atom ini sebagai butiran kacang yang perlu tempat penyimpanan dan tiap butir kacang volumenya sekitar 0,1 cm3, maka kacang ini membutuhkan tempat yang dapat menutupi seluruh Amerika Serikat sampai ketinggian kurang lebih 6 km (Petrucci, 1987). 
Hasil teoritis adalah banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang berlangsung sempurna. Persen hasil adalah ukuran efisiensi suatu reaksi. Dari persamaan reaksi yang sudah setara dapat dihitung banyaknya zat pereaksi atau produk reaksi. Perhitungan ini dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol dari pereaksi dan produk reaksi. Semua pereaksi ,tidak semuanya dapat bereaksi.salah satu pereaksi habis bereaksi sedangkan yang lainnya berlebihan. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas,karena membatasi kemungkinan reaksi terus berlangsung. Sehingga produk reaksi ditentukan oleh pereaksi pembatas (Achmad, 2001).









 DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia,dkk. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Citra Aditya Bakti, Jakarta.
Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. USU Press, Medan.
Brady, James E. 1990. General Chemistry Principle & Structure 5ͭ ͪ Inc., New York.
Terjemahan dari General Chemistry Principle & Structure 5ͭ ͪ oleh Abdulkadir,dkk. Erlangga. Jakarta.
Companion, Audrey L. 1991. Ikatan Kimia. Terjemahan dari Chemmical Bonding.0
            Oleh Suminar Achmadi.  ITB. Bandung.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti/ed.3/Jilid 1.
Terjemahan dari General Chemistry The Essential Concept third edition, oleh Tim Departemen Kimia ITB. Erlangga. Jakarta.
David. 2007. Schaum’s Outlines Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga. Terjemahan dari
Schaum’s Outlines of Theory and Problems of Beginning Chemistry Third Edition, Oleh Suminar. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern/Ed.4/Jilid1.
Terjemahan dari General Chemistry Principle and Modern Applications fourth Edition, oleh Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta.
Zumdahl, Steven S. 2009. Chemistry seventh edition. Houghton Mifflin Company,
            U.S.A.










TUNJUKANLAH KALAU ANDA KREATIVE DAN KRITIS

Wednesday 23 November 2016

TINJAUAN KEPUSTAKAAN : Analisa beberapa Kation

No comments:

Add caption
Widget


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



    Reaksi kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh yaitu makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan Hidrogen bergabung membentuk Ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar dan plastik dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman daun disintesis dari CO2 dan H2O oleh pengaruh energi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia (Chang,2005).
        Dalam ilmu kimia, stokiometri (kadang disebut stokiometri reaksi untuk membedakannya dari stokiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Stoicheion yaitu elemen dan metria yaitu ukuran. Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi dan bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika dan kinetika (David, 2007).
       Stoikiometri juga didefinisikan dengan mengukur unsur-unsur. Istilah ini umumnya digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan zat dan campuran kimia, zat yang dimaksudkan merupakan unsur-unsur, senyawa dan lainnya ( Petrucci, 1997).
       Kalor adalah reaktan atau produk dalam kebanyakan reaksi kimia. Sebelum kita memasukkan kalor dalam persamaan kimia yang seimbang, pertama-tama ktia harus belajar bagaimana mengukur kalor. Bila kalor ditambahkan ke suatu sistem tanpa reaksi kimia, sistem itu akan menjadi panas atau perubahan fase dapat terjadi. Suhu dan kalor tidaklah sama. Suhu adalah ukuran intensitas kalor dalam suatu sistem. Perhatikan percobaan berikut: Pegang sebuah lilin menyala dibawah satu cawan berisi air dengan 1,25 cm air di dasarnya. Pegang lilin yang sama, juga dinyalakan di bawah cawan yang sama yang penuh berisi air dalam jangka waktu yang sama. Sampel air mana yang akan menerima banyak kalor? Sampel air mana yang lebih panas? Kuantitas kalor yang sama diberikan kepada setiap cawan sebab lilin yang sama yang digunakan untuk jangka waktu yang sama. Namun, air dalam cawan dengan air lebih sedikit di dalamnya akan mencapai suhu yang lebih tinggi. Lebih banyak kuantitas air akan memerlukan lebih banyak kalor untuk mencapai suhu yang sama. Kapasitas kalor spesifik (specific heat capacity) suatu zat didefinisikan sebagai kuantitas kalor yang diperlukan untuk memanaskan tepat 1 gr zat itu sebesar 1˚C. Kapasitas kalor spesifik sering disebut kalor spesifik (specific heat). Huruf kecil c digunakan untuk menyatakan kalor spesifik. Misalnya, kalor spesifik air adalah 4,184 J/(g.˚C) ini berarti bahwa 4,184 J akan memanaskan 1 g air 1˚C. Untuk memanaskan 2 gr air diperlukan dua kali energi yang lebih banyak yaitu 8,368 J. Untuk memanaskan 1 g air sebesar 2˚C diperlukan energi 8,368 J juga. Secara umum, kalor yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan suhu sampel material tertentu dihitung dengan persamaan berikut, dengan huruf Yunani delta (∆) berarti “perubahan”. Kalor yang diperlukan = (massa)(kalor spesifik)(perubahan suhu) = (m)(c)(∆t). Kapasitas kalor dapat digunakan sebagai faktor-faktor dalam penyelesaian soal dengan metode faktor-label. Hati-hati bahwa ada dua satuan dalam penyebut, massa dan perubahan suhu. Jadi, untuk mendapat energi, kita harus mengalikan kapasitas kalor dengan massa dan perubahan suhu (Brady,1990).
       Pertanyaan mendasar yang muncul dalam pekerjaan laboratorium kimia adalah “Berapa banyak produk yang dihasilkan oleh sejumlah tertentu bahan mentah (reaktan)?” Untuk menafsirkan suatu reaksi secara kuantitatif, kita perlu menerapkan pengetahuan kita tentang massa molar dan konsep mol. Meskipun satuan yang digunakan untuk reaktan atau produk adalah mol, gram, liter atau satuan lainnya, kita menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi kimia. Pendekatan ini disebut metode mol (mole method) yang berarti bahwa koofisien stoikiometri dalam persamaan kimia dapat diartikan sebagai jumlah mol dari setiap zat. Sebagai contoh, pembakaran karbon monoksida di udara menghasilkan karbondioksida. Untuk perhitungan stoikiometri, kita baca persamaan diatas sebagai 2 mol gas karbon monoksida bergabung dengan 1 mol gas oksigen membentuk 2 mol gas karbon dioksida. Ketika seorang kimiawan mengerjakan suatu reaksi, reaktan biasnya tidak terdapat dalam jumlah stoikiometri yang tepat, yaitu dalam perbandingan yang ditunjukkan oleh persamaann yang setara. Karena tujuan reaksi adalah menghasilkan kuantitas maksimum senyawa yang berguna dari sejumlah tertentu material awal, seringkali satu reaktan dimasukkan dalam jumlah berlebih untuk menjamin bahwa reaktan yang lebih mahal seluruhnya diubah menjadi produk yang diinginkan. Konsekuensinya beberapa reaktan akan tersisa pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama kali habis digunakan pada reaksi kimia disebut pereaksi pembatas (limiting reagent), karena jumlah maksimum produk yang terbentuk bergantung pada berapa banyak jumlah awal dari reaktan ini (Audrey L, 1991).
       Jumlah pereaksi pembatas yang ada pada awal rekasi menentukan hasil teoritis (theoritical yield) dari rekasi tersebut, yaitu jumlah produk yang akan terbentuk jika seluruh pereaksi pembatas terpakai pada reaksi. Jadi, hasil teoritis adalah hasil maksimum yang didapat, seperti yang diprediksi dari persamaan yang setara. Pada praktiknya, jumlah produk yang didapat hampir selalu lebih kecil dari pada hasil teoritis. Perhitungan hasil teoritis ini atau biasa disebut persen yield (Zumdalh, 2009).
       Stoikiometri adalah memberikan reaksi-reaksi kimia yang pereaksi-pereaksinya bergabung dengan nisbah bilangan bulat sederhana. Persamaan kimia merupakan suatu cara untuk menyatakan reaksi kimia menggunakan seperangkat lambang bagi partikel yang berperan serta (atom, molekul, ion dan lain-lain), misalnya:
                                                     xA + yB → zC + wD
       Panah tunggal digunakan untuk reaksi tak reversibel, panah ganda untuk reaksi yang reversibel. Bila reaksi melibatkan berbagai fase, fase ini biasanya dicantumkan dalam tanda kurung sesudah lambang (s = padat, l = cair, g = gas, aq = berair). Bilangan x,y,z dan w menunjukkan jumlah relatif molekul yang bereaksi dan dinamakan koofisien stoikiometrik. Jumlah koofisien pereaksi dikurangi jumlah koofisien produk ( x + y – z – w) disebut jumlah stokiometrik. Jika jumlah ini nol, persamaannya seimbang. Kadang-kadang persamaan kimia umum ditulis sebagai:
                                    V1A1 + V2A2 + ....→ VnAn + Vn+1 + An+1...
       Dalam hal ini, ∑V1A1 = 0, dengan perjanjian bahwa koofisien stoikiometri disini adalah ∑V1. Koofisien reaksi adalah perbandingan jumlah partikel dari zat yang terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah partikel yang sama, maka perbandingan jumlah partikel sama dengan perbandingan jumlah mol. Jadi, koofisien reaksi merupakan perbandingan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi (Sumar, 1984).
       Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakukan karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat mengandung 6,02 x 1023 partikel. 6,02 x 1023 adalah bilangan avogadro (Alfian, 2009).
       Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui dalam mol dan kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Chang, 2005).
       Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa (Hiskia, 1991).
            Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut :
a.       Hukum Kekekalan Massa dari Lavoiser
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap atau sama”.
b.      Hukum Perbandingan Tetap dari Proust
“ Tiap – tiap senyawa memiliki perbandingan massa unsure yang tetap”.
c.       Hukum Perbandingan Berganda dari Dalton
“Jika dua buah unsur dapat membentuk lebih dari satu macam persenyawaan, perbandingan massa unsur yang satu dengan yang lainnya adalah tertentu, yaitu berbanding sebagai bilangan yang mudah dan bulat”
d.      Hukum Perbandingan Volume dari Gay Lussac
“Pada reaksi gas, yang bereaksi berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat asal diukur pada tekanan dan temperatur yang sama”
e.       Hukum Boyle – Gay Lussac
“Untuk gas dengan massa tertentu, maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap (Petrucci, 1987).
 Hubungan paling pokok pada perhitungan kimia, meliputi jumlah relatif atom-atom, ion atau molekul. Untuk menghitung jumlah atom, erat kaitannya dengan massa. Untuk itu diperlukan pemantapan hubungan antara massa suatu unsur yang diukur dan beberapa atom yang diketahui tetapi tidak dapat dihitung dalam massa itu. Jumlah yang diambil sebagai jumlah atom adalah 6.0225 × 1023 (biasanya dibulatkan menjadi 6,02 × 1023) dikenal dengan bilangan Avogrado, NA istilah lain yang ha,pir satu arti dengan bilangan Avogrado adalah mol. Bilangan Avogrado (6,02 × 1023) merupakan jumlah yang sangat besar. Andaikan jumlah atom ini sebagai butiran kacang yang perlu tempat penyimpanan dan tiap butir kacang volumenya sekitar 0,1 cm3, maka kacang ini membutuhkan tempat yang dapat menutupi seluruh Amerika Serikat sampai ketinggian kurang lebih 6 km (Petrucci, 1987). 

Hasil teoritis adalah banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang berlangsung sempurna. Persen hasil adalah ukuran efisiensi suatu reaksi. Dari persamaan reaksi yang sudah setara dapat dihitung banyaknya zat pereaksi atau produk reaksi. Perhitungan ini dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol dari pereaksi dan produk reaksi. Semua pereaksi ,tidak semuanya dapat bereaksi.salah satu pereaksi habis bereaksi sedangkan yang lainnya berlebihan. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas,karena membatasi kemungkinan reaksi terus berlangsung. Sehingga produk reaksi ditentukan oleh pereaksi pembatas (Achmad, 2001).




SEMOGA BERMANFAAT YA TEMAN TEMAN..
MOHON DUKUNGANNYA,, BIAR SEMANGAT BUATNYA... 👈👉👈👉👊👊👊👊😛😛😛😛😛😛😎

Tuesday 22 November 2016

TINJAUAN PUSTAKA : REAKSI-REAKSI KIMIA

No comments:
berbagi senyuman dan harapan serta komentar itu menyenangkan :)




TINJAUAN PUSTAKA
REAKSI REAKSI KIMIA



salah satu pentingnya persamaan reaksi adalah dalam merencanakan percobaan yang mana persamaan reaksi memunkinkan kita menetapkan hubungan kuantitaif yang terjadi antara reaksi dan hasil reaksi.persamaan reaksi harus seimbang berarti reaksi harus mengikuti hukum konservasi dimana jumlah setiap macam atom dikedua sisi anak panah harus sama. (Brady,1999)

 Reaksi kimia merupakan reaksi senyawa dalam larutan (air). Perubahan yang terjadi adalah bukti terjadinya reaksi kimia. Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau berbagai zat. Perubahan dalam reaksi kimia dapat berupa perubahan warna, timbulnya panas, timbulnya gas, terjadinya endapan dan sebagainya. Reaksi kimia secara umum dibagi 2, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Pada reaksi redoks terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Keduanya ini terdapat ke dalam 4 tipe reaksi, yaitu :
1.Reaksi Sintetis
Reaksi dimana dua atau lebih zat tunggal dalam suatu reaksi kimia (kombinasi,  komposisi).
2. Reaksi Dekomposisi
Reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk dari suatu zat tunggal.
3. Reaksi Penggantian Tunggal
Reaksi dimana suatru unsur menggantikan unsure lainnya.
4. Reaksi Penggantian Ganda
Reaksi dimana ion-ion positif dari dua senyawa saling dipertukarkan

Cara teringkas untuk memberikan suatu reaksi kimia adalah dengan menulis suatu persamaan kimia berimbang yang merupakan pernyataan kualitatif maupun kuantitatif mengenai pereaksi yang terlibat. Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya. Menyatakan banyaknya atom-atom dari tiap macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus molekulnya merupakan kelipatan bilangan bulat rumus emperis zat itu yang menyatakanjumlah minimal yang mungkin dalam perbandingan yang benar atom-atom dari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi yang dijumpai dengan melaus dalam kimia ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi penukargantian sederhana dan reaksi penukargantian rangkap.
Hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan kimia berimbang memberikan dasar stoikiometri. Perhitungan stoikiomentri mengharuskan penggunaan bobot atom unsur dan bobot molekul senyawa. Banyaknya suatu hasil reaksi tertentu yang menurut perhitungan akan diperoleh dalam suatu reaksi kimia rendemen teoritis untuk suatu reaksi kimia. Penting untuk mengetahui mana yang merupakan pereaksi pembatas yakni pereaksi yang secara teoritis dapat bereaksi sampai habis, sedangkan pereaksi-pereaksi lain berlebih.
(Keenan, 1984)

            
                Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi,terbentuk dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya suatureaksi kimia disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna,pembentukan endapan, atau timbulnya gas.
                Lambang-lambang yang menyatakan suatu reaksi kimia disebut persamaan kimia. Dalam penulisan persamaan reaksi diperlukan tigalangkah :
a. Nama-nama pereaksi dan hasil reaksi ditulis, hasilnya disebut sebuah persamaan sebutan.
            Contoh : nitrogen oksida + oksigen→Nitrogen dioksida
b. Sebagai penggantin nama zat dipergunakan rumus-rumus kimia.Hasilnya disebut persamaan kerangka.
            Contoh : NO + O2→NO2
c. Persamaan kerangka kemudian di kesetimbangan, yang menghasilkan persamaan kimia.
            Contoh : 2NO + O2→2NO2
Jenis – jenis  reaksi  kimia :
a. Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawabergabung dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
Contohnya : CO2, H2O dan SO2
C3H8(9) + 5O2(9)→3CO2(9) + 4H2O (9)
2C6H14O4(9) + 15O2→12CO2(9) + 14H2O(9)

b. Penggabungan (sintesis)
Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebihkompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).

Contoh :
2H2(9) + O2(9)→2H2O (9)
CO (9) + 2H2(9)→CH3OH (9)
c. Penguraian
Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
Contoh :
2Ag2O(p)→4Ag(p) + O2(9)
d. Penggantian (perpindahan tanggal)
Penggantian (perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuahunsur pindahan unsur lain dalam suatu senyawa.
Contoh :
Cu(p) + 2Ag+(ag)→CU2+(ag) + 2Ag (p)
e. Metatesis (pemindahan tanggal)
Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadipertukaran antara dua reaksi.
Contoh :
AgNO3(ag)NaCL(ag)→AgCL(p) + NaNO3(ag)
(Ralph H. Petrucci – Seminar, 1989)
               
 Cara teringkas untuk memberikan suatu reaksi kimia adalah dengan menulis suatu persamaan kimia berimbang yang merupakan pernyataan kualitatif maupun kuantitatif mengenai pereaksi yang terlibat. Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya. Menyatakan banyaknya atom-atom daritiap macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus molekulnya merupakankelipatan bilangan bulat rumus emperis zat itu yang menyatakan jumlah minimal yang mungkin dalam perbandingan yang benar atom-atomdari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi yang dijumpai denganmelaus dalam kimia ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi penukargantian sederhana dan reaksi penukargantian rangkap.
            Hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan kimia berimbang menmberikan dasar staikiometri. Perhitungan staikiomentri mengharuskan penggunaan bobot atom unsur dan bobot molekul senyawa. Banyaknya suatu hasil reaksi tertentu yang menurut perhitungan akan diperoleh dalam suatu reaksi kimia rendemen teoritisuntuk suatu reaksi kimia. Penting untuk mengetahui mana yang merupakan pereaksi pembatas yakni pereaksi yang secara teoritis dapatbereaksi sampai habis, sedangkan pereaksi-pereaksi lain berlebih.
                
               




 Semua perubahan kimia tentu induk pada hukum pelestarian hukum energi dan hukum pelestarian energi massa. Susunan senyawa kimia tertentu oleh hukum susunan pasti dan hukum perbandingan berada.Azas fundamental yang mendasari semua perubahan kimia merupakan daerah kimia teoritis, korelasi antara konsep unsur dansenyawa dengan keempat hukum tersebut diatas diperoleh dalam Teori Asam Dalton, teori modern pertama mengenai atom dan molekul sebagai partikel fundamental dari zat-zat yang tumbuh dari teori ini antara lainadalah skala, bobot atom relatif unsur-unsur dilarutkan menuru tbertambahnya bobot atom, munculnya unsur-unsur secara teratur dengansifat-sifat tertentu mendorong model menyusun tabel berkala dari unsur-unsur dan meramalkan adanya beberapa unsur yang belum diketahui. Bayaknya dan dari situ proporsi relatif sebagai atom dalam satuan terkecil senyawa diberikan oleh rumus senyawa, dalam mana digunakan lambang unsur kimia itu. (Keenan, 1984)

            Reaksi-reaksi kimia merupakan suatu hal yang dapat diamati dari adanya perubahan, misalnya perubahan warna, perubahan wujud, dan yang utama adalahperubahan zat yang disertai perubahan energi dalam bentuk kalor. Reaksi kimia merupakan kunci utama ilmu kimia. Dengan mereaksikan suatu zat berarti kitamengubah zat itu menjadi zat lain, baik sifat maupun wujudnya. Dalam ilmukimia reaksi itu merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia darisatu atau berbagai jenis zat. Sifat-sifat kimia, kemudian dicatat sebagai data kuantitatif. Dengan demikian, bila kita mengharapkan suatu zat yang memilikiciri-ciri tertentu, kita harus berupaya mencari bahan baku yang bila direaksikandengan zat tertentu menghasilkan zat yang kita harapkan. Para pakar kimia berusaha menciptakan bahan-bahan baru yang sangat bermamfaat bagikepentingan umat manusia (Sunarya, 2005).

Reaksi kimia sangat sering digunakan oleh para ahli teknik kimia untuk mensintesis senyawa baru dari sumber daya alam mentah di alam, seperti minyak bumi dan bijih-bijih mineral. Merupakan suatu hal yang penting untuk membuat reaksi yang seefisien mungkin, memaksimalkan hasil yang bisa diperoleh dan meminimalkan reagen yang dipakai, energi masuk dan energi keluar. Katalis biasanya digunakan untuk mengurangi energi aktivasi sehingga meningkatkan laju reaksinya (Emig, 2005).



















 DAFTAR PUSTAKA
Brady, E James. 1999. Kimia elektro. Pakar Raya, Bandung.

Earl, B. and Wilford, L.D.R.2002. GSCE Chemistry,  London, John Murray

Emig, Gerhard et. al. 2005. Technical Chemistry. Edisi . Springer, Berlin.

Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL. 1992.  Kimia Untuk      Universitas     Jilid1,   Erlangga, Bandung.

Petrucci, H. Ralph, Suminar. 1989.  Kimia Dasar  , Edisi Ke-4 Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Petrucci,Harwood.  2007. General Chemistry Principles and Modern Applications, edition 1.

Sunarya.  2005.  Kimia Dasar Berdasarkan Prinsip-PrinsipTerkini, Jilid 1, Gracia Indah Bestari, Bandung.








 
back to top