Friday, 16 December 2016

TINJAUAN PUSTAKA : MATERI DAN PERUBAHANNYA

No comments:
TINJAUAN KEPUSTKAAN 
MATERI DAN PERUBAHANNYA





Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang materi dan perubahannya. Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menepati ruang. Contoh : kursi, kapur, batu bata, udara, dan lain-lain. Yang bukan termasuk materi yaitu cahay matahari. Massa suatu benda sama dimanapun berada. Berbeda dengan berat, berat suatu benda tergantung pada gravitasi. Contoh seorang astronot. Wujud materi digolongkan menjadi 3 yaitu : padat materi yang berwujud padat adalah materi yang partikelnya rapat sehingga bentuk dan volumenya tetap. Cair materi yang berwujud cair adalah materi yang partikelnya lebih rengga daripada zat padat sehingga tergantung pada mediumnya, volume tetap. Gas materi yang berwujud gas adalah materi yang partikelnya tidak beraturan sehingga bentuk dan volumenya tergantung pada mediumnya (Sentot Budi, 2004).
Perubahan materi dan perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menyebabkan terjadinya perubahan baru. Perubahan fisika dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan berikut. Perubahan wujud, contoh : air membeku, lilin yang meleleh, iodium menyublim perubahan ukuran, contoh: gula larut dalam air. Perubahan bentuk, contoh: kain menjadi baju, emas menjadi cincin. Perubahan kimia dapat disebabkan oleh proses pembakaran, contoh: kertas dibakar menjadi arang. Proses peragian, contoh: kacang kedelai menjadi kecap. Proses kerusakan, contoh: besi berkarat. Proses kimia didalam tubuh makhluk hidup, contoh:  karbohidrat gula (Drs.Mischael Purba, 2006)
Perubahan kimia adalah perubahan zat yang menyebabkan terjadinya zat jenis baru, dan zat semula mengalami susunan kimianya. Ciri perubahan kimia adalah zat yang terbentuk tidak dapat dikembalikan ke bentuk semula, misalnya gula di panaskan dan kertas di bakar. Kondisi yang berpengaruh dala perubahan kimia antara lain suhu, tekanan, medium, arus listrik dan cahaya. Dalam perubahan kimia selalu di ikuti oleh perubahan energi, dapat  berupa energi kalor, listrik, ataupun cahaya (keenan,1984)
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi,sifat sifat maateri, perubahan suatu materi menjadi materi lain,serta energi yang menyertai perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat  bagi kesehjateraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya , menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan- gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (anshory,2000)













Budi,Sentot.2008. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo. Tiga Serangkai
Mischel. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga
Keenan,charles W. 1984. Kian untuk universitas jilid I . Erlangga,Jakarta.

Anshory,irfan. 2000. Kimia universitas jilid I . Erlangga, Jakarta.

Thursday, 15 December 2016

TINJAUAN PUSTAKA : KONSENTRASI LARUTAN

2 comments:
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 
K0NSENTRASI LARUTAN 







Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fase dengan gas, padatan, atau cairan lain, kesetimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik yang ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 g pelarut murni, sedangkan fraksi mol menyatakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen (Syukri,1999).


Selesainya suatu proses reaksi dapat dilihat dari perubahan warna, jika warna larutan sudah berubah maka tercapailah suatu titrasi. Indikator merupakan asam dan basa kedua dalam larutan yang dititrasi. Penyebab warna berubah adalah karena indikator lebih lemah dari pada asam atau basa  analit, sehingga indikator bereaksi terakhir dengan titrat (Suardhana, 1986).

Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah larutan.
Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang diantara atom-atom pelarut.

Konsentrasi larutan menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut/larutan. Sehingga setiap sistem konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut, kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua. Satuan konsentrasi yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur berdasarkan massa dinamakan persen massa/massa. Satuan konsentrasi yang kuantitasnya dinyatakan dalam satuan volume disebut persen volume/volume. Masih ada kemungkinan lain yaitu campuran satuan massa dan volume. Misalnya jika zat terlarut diukur berdasarkan massa dan kuantitas larutan berdasarkan volume, dapat digunakan istilah persen massa/volume. Jika konsentrasi  larutan diberikan berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa.
Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:
1.    Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau molekul yang bereaksi.
2.    Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi molar (Achmadi,2004).
         Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan dalam keadaan asam dan basa. Misalnya, lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda (Brady,1999).

Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :
1.    Interaksi antara penitrasi dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.
2.    Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi :
1.    Berdasarkan reaksi
-     Titrasi asam basa
-     Titrasi oksidasi reduksi
-     Titrasi pengendapan
-     Titrasi kompleksometri
2.    Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai
-     Titrasi asidimetri
3.    Campuran penetapan akhir
-     Cara visual dengan indikator
-     Cara elektromagnetik
4.    Berdasarkan konsentrasi
-     Makro
-     Semimikro
-     Mikro
5.    Berdasarkan teknik pelaksanaan
-     Titrasi langsung
-     Titrasi plank
-     Titrasi tidak langsung (Keenan,1999)
Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven hingga penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak larutan yang encer adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-partikel solute yang ditambahkan
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai keasaaman dalam struktur dan sifat –sifat kelistrikan dengan molekul-molekul solven. Bila ada keasaman, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solven adalah kuat, begitu juga sebaliknya. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggidalam solven polar dari pada dalam solven nonpolar (Sastrohamidjojo,2001).

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Larutan adalah campuaran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut (Chang,2003).

Titrasi adalah cara yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analitis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analitis volumetri (Petrucci,1987).













DAFTAR PUSTAKA



Oxtoby,G. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Erlangga : Jakarta.
Suardhana, L. 1986. Kimia Dasar. Erlangga : Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2ITB : Bandung.
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Erlangga : Jakarta.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Binarupa Aksara : Jakarta.
Keenan, Charles W, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Sastrojamidjojo, Harjono. 2001Kimia Dasar. Gajah Mada Press : Jakarta.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jilid I.
Erlangga,  Jakarta.
Petrucci, H . Ralph. Kimia dasar jilid 2. Erlangga : jakarta

Friday, 2 December 2016

TINJAUAN PUSTKA : KESETIMBANGAN KIMIA

No comments:
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
KESETIMBANGAN KIMIA


Pada reaksi yang berlangsung bolak balik, ada saat dimana laju terbentuknya produk sama dengan laju terurainya kembali produk menjadi reaktan. Pada keadaan ini, biasanya tidak terlihat lagi ada perubahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan setimbang. Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut Sistem Kesetimbangan. Ciri-ciri kesetimbangan kimia antara lain :
  • hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap,
  • reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlawanan,
  • laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri),
  • semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada, dan
  • tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati (Oxtoby, 2001).
Reaksi yang berlangsung setimbang bersifat dinamis, artinya reaksinya berlangsung terus-menerus dalam dua arah yang berlawanan dan dengan laju reaksi yang sama. Contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari dapat digambarkan pada proses penguapan air. Bila air dipanaskan dalam wadah tertutup rapat, airnya lama kelamaan akan habis berubah menjadi uap air. Tetapi belum sempat habis, uap air yang naik ke atas mengalami kejenuhan sehingga akan jatuh kembali menjadi embun. Apabila dibiarkan terus-menerus, kecepatan menguapnya air akan sama dengan kecepatan mengembunnya uap air menjadi air. Pada saat itu, tercapai keadaan setimbang dimana tidak nampak lagi adanya perubahan ketinggian air dalam wadah tertutup tersebut. Karena kesetimbangan bersifat dinamis, maka suatu reaksi yang berada dalam keadaan setimbang dapat mengalami gangguan oleh faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan terjadi pergeseran kesetimbangan (Sukardjo, 1997).
Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi. Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le Chatelier (Stephen, 2002)
Pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan digambarkan dalam pernyataan berikut. Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat tersebut. Namun apabila konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat tersebut (Purwoko, 2006).
Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung dengan jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksotermis adalah reaksi bersifat spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru menghasilkan energi (∆H reaksi negatif), sedangkan reaksi endotermis adalah reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk  bisa bereaksi(∆H reaksi positif). Sistem kesetimbangan yang bersifat eksotermis ke arah kanan dan endotermis ke arah kiri. Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang bersifat endotermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kanan yaitu reaksi yang bersifat eksotermis. Menaikan suhu, sama artinya kita meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab itu reaksi semakin bergerak menuju arah reaksi endotermis. Begitu juga sebaliknya (Keenan, 1984).
Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka jumlah mol juga bertambah, dan  volume akan mengecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih kecil. Begitu juga sebaliknya jika tekanan diperkecil maka jumlah mol juga akan kecil, dan  volume akan besar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih besar. Dengan demikian, dengan meningkatkan tekanan akan (mengurangi volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia (Firman, 2007)
Untuk mempercepat proses kesetimbangan kimia,sering dipergunakan zat tambahan lain yaitu katalisator. Dalam sistem kesetimbangan, katalisator tidak mempengaruhi letak kesetimbangan, katalisator hanya berperan mempercepat reaksi yang berlangsung, mempercepat terjadinya keadaan setimbang,  pada akhir reaksi katalisator akan terbentuk kembali. Katalis tidak dapat menggeser kesetimbangan kimia (Chang, 2003).


Banyak reaksi-reaksi kimia yang berjalan tidak sempurna artinya reaksi-reaksi tersebut berjalan sampai pada suatu titik dan akhirnya berhenti dengan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Hubungan antara konsentrasi peraksi dan hasil reaksi tetap. Pada saat ini reaksi dalam keadaan setimbang. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri. Kesetimbangan disini merupakan kesetimbangan dinamis, bukan kesetimbangan statis. Jadi sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi berhenti. Atas dasar ini dapat dianggap hampir semua reaksi berhenti pada kesetimbangan. Untuk reaksi sempurna, kesetimbangan sangat berat disebelah kanan. Untuk reaksi yang sangat berat di sebelah kanan. (Sukardjo, 1997:220).
Umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. . Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan  molekul reaktan dari molekul produk. . Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi pereaksipun berkurang. Beberapa waktu kemudian reaksi dapat berkesudahan, artinya semua pereaksi habis bereaksi. Namun banyak
reaksi tidak berkesudahan dan pada seperangkat kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi yang demikian disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Pada reaksi semacam ini produk reaksi yang terjadi akan bereaksi membentuk kembali pereaksi. ketika reaksi berlangsung laju reaksi ke depan (ke kanan), sedangkan laju reaksi sebaliknya kebelakang (ke kiri) bertambah, sebab konsentrasi pereaksi berkurang dan konsentrasi produk reaksi semakin bertambah.(Stephen,2002 : 96).
            Umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsung spontan akan terus berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan dinamis. Berbagai hasil percobaan menunjukkan bahwa dalam suatu reaksi kimia, perubahan reaktan menjadi produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Umumnya pada permulaan reaksi berlangsung, reaktan mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstan. Keadaan kesetimbangan dinamis akan dicapai apabila dua proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar.  Untuk reaksi yang tidak berjalan, kesetimbangan sangat berat disebelah kiri. Kesetimbangan dibagi menjadi homogen dan heterogen. Homogen bila kesetimbangan terdapat pada satu fase (gas, cairan tunggal, fase padat tunggal). Heterogen bila kesetimbangan terdapat dalam lebih dari satu fase (gas, padat, gas cairan, padat cairan atau padat-padat) (Sukardjo, 1997:220).
Kesetimbangan kimia dalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Konsentrasi pada setiap zat tinggal tetap pada suhu konstan. Banyak reaksi kimia tidak sampai berakhir, dan mencapai satu titik ketika konsentrasi zat-zat bereaksi dan produk tidak lagi berubah dengan  berubahnya waktu. Molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan dari produk menjadi preaksi, tetapi tanpa perubahan netto konsentrasinya (Stephen,2002 : 96).
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung secara reversible (dua arah). Ketika reaksi itu baru mulai, proses reversible hanya berlangsung kearah pembentukan produk, namun ketika molekul produk telah terbentuk maka proses sebaiknya yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk mulai berjalan. Kesetimbangan kimia tercapai bila kecepatan reaksi tekanan (molekul produk) telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri (pembentukan molekul reaktan) dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak berubah-rubah lagi (konstan). Jadi, kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis (Purwoko, 2006 : 169).
Tanda “[ ]” adalah konsentrasi kesetimbangan. Kecepatan reaksi kimia pada suhu konstan sebanding dengan hasil kali konsentrasi zat yang bereaksi. Reaksi kimia bergerak menuju kesetimbangan yang dinamis, dimana terdapat reaktan dan produk, tetapi kedudukannya tidak lagi mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kadang-kadang konsentrasi produk jauh lebih besar daripada konsentrasi reaktan yang belum bereaksi di dalam campuran kesetimbangan, sehingga reaksi dikatakan reaksi yang “sempurna”. G N Lewis memperkenalkan besaran termodinamika baru yaitu keaktifan yang bisa dipakai sebagai ganti konsentrasi. Sangat memudahkan jika keaktifan dianggap sebagai perkalian antara konsentrasi zat yang dimaksud dengan suatu koefisien keaktifan (Syukri,1999:75).
Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang mengubah waktu yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis. Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah bila digunakan katalis. Ini terutama penting jika temperatur tinggi mengurangi rendeman dari produk-produk yang diinginkan (Keenan,1984:593).
Salah satu kegunaan konstanta kesetimbangan kimia adalah memprediksi arah reaksi. Untuk mempelajari kecenderungan arah reaksi, digunakan besaran Qc, yaitu hasil perkalian konsentrasi awal produk dibagi hasil perkalian konsentrasi awalreaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Jika nilai Qcdibandingkan dengan nilai Kc, terdapat tiga kemungkinan hubungan yang terjadi, antara lain :
1. Qc < Kc
Sistem reaksi reversibel kelebihan reaktan dan kekurangan produk. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah reaktan diubah menjadi produk. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah produk (ke kanan).
2. Q=  Kc
Sistem berada dalam keadaan kesetimbangan. Laju reaksi, baik ke arah reaktan maupun produk, sama.
3. Q> Kc
Sistem reaksi reversibel kelebihan produk dan kekurangan reaktan. Untuk mencapai kesetimbangan, sejumlah produk diubah menjadi reaktan. Akibatnya, reaksi cenderung ke arah reaktan (ke kiri). (Syukri,1999:75).
Tahun 1884 Henri Louis Le Chatelier berhasil menjelaskan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan, yang dikenal dengan azas Le Chatelier, yang berbunyi
“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi) maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.”
Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.  Pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan adalahApabila dalam sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.  Pengaruh volume dan tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan adalahPengaruh volume dan tekanan hanya berpengaruh pada zat yang berwujud gas. Dan jumlah koefisien pereaksi tidak sama dengan jumlah koefisien hasil reaksi. Jika tekanan diperbesar/ volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil. Jika tekanan di perkecil/ volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang besar.   Pengaruh suhu terhadap pergeseran kesetimbangan adalah menurut Vant Haff, bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). Bila suatu reaksi kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm). Dari beberapa faktor di atas, hanya perubahan temperatur (suhu) reaksiyang dapat mengubah nilai konstanta kesetimbangan (Kmaupun Kp). Perubahan konsentrasi, tekanan, dan volume hanya mengubah konsentrasi spesi kimia saat kesetimbangan, tidak mengubah nilai K. Katalis hanya mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan, tidak dapat menggeser kesetimbangan kimia (Purwoko, 2006 : 169).












DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar, Edisi Ketiga, Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Firman, H. 2007. Penelitian Pendidikan Kimia. Jurusan Kimia FMIPA UPI : Bandung.
Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Erlangga :     Jakarta.
Purwoko, A. A. 2006. Kimia Dasar 1. Mataram University Press : Mataram.
Stephen, B. 2002. Istilah Kimia Umum. Erlangga : Jakarta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta : Yogyakarta.
Bresnick, Stephen. 2002.  Intisari Kimia umum. Jakarta : Erlangga.
Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk universitas. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.


Wednesday, 30 November 2016

TINJAUAN PUSTAKA : SISTEM PERIODIK UNSUR

No comments:
TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan tentang unsur dan senyawanya sudah sedemikian luas dan semuanya hanya dapat di pelajari dengan menggunakan sistem periodik.
Pada saat ini tidak munkin lagi untuk mempelajari sifat masing masing unsur dan senyawanya satu persatu seacra terpisah tetapi menurut golongan beberapa aspek tentan unsur, seperti ukuran atom dan ion, energi ionisasi,afiitas elektron, keelektronegatifan, dan potensial elektron digunakan untuk memahami sifat unsur dan senyawanya.
Pada akhir akhir ini telah di adakan usaha untuk menghilangan perbedaan dalam pemberian lambang A dan B untuk nomor golongan dalam sistem periodik ( tabel periodik ) yang digunakan di eropa barat dan amerika. ( indonesia menggunakan sistem  periodik sama seperti yang di gunakan amerika).
Baik sistem eropa maupun istem amerika di gunakan angka romawi untuk menyatakan nomor golongan.Namun dalam menggunakan huruf A dan B,kedua sistem hanya sama untuk golongan IA dan IIA ,IB dan IIB. Untuk golongan lainya berlawanan yaitu golongan IIIA, IVA, VA,VIA, VIIA dalam sistem periodik amerika, dalam sistem  periodik yang berlaku di Eropa, digunakan berturut-turut IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB.
IUPAC telah merekomendasikan untuk menggunakan angka arab dalam memberikan nomor golongan unsur dari kiri ke kanan dengan angka 1 sampai 18. (Hiskia Achmad)

Hiskia,achmad. 2001 . kimia dan unsur dan radio kimia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

            Setelah unsur unsur kimia ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak , orang berusaha mempelajari unsur-unsur kimia tersebut secara sistematik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk  mengadakan penggolongan unsur-unsur atas dasar kesamaan sifat sifat tertentu. Usaha yang mula-mula ialah menggolongkan unsur-unsur menjadi logam dan non logam. Unsur-unsur seperti emas,perak,tembaga dan seabgainya termaksud golongan logam. Sedangkan unsur unsur seperti oksigen, nitrogen,belerang dan sebagainya termaksud golongan  non logam.
Penggolongan  ini ternyata kurang memuaskan karena adanya unsur unsur yang mempunyai sifat antara logam dan non logam seperti arsen,antimon dan sebagainya.
Penggolongan unsur berikut adalah penggolongannya berdasarkan valensi dari unsur – unsur. Penggolongan ini juga kurang memuaskan karena unsur unsur yang mempunyai valensi sama  seperti natrium dan klor. Tetapi sifatnya sangat berlainan.
Setelah adanya teori atom  Dalton, orang berusaha menghubungkan sifat sifat dari berbagai unsur dengan berat atomnya. (sukardjo)

Unsur periode ketiga memiliki perubahan sifat yang teratur. Pada percobaan ini sifat fisis yang akan diamati adalah daya hantar listrik dan tampilan fisis dari unsur-unsur periode ketiga. Sedangkan sifat kimia yang akan diamati dari unsur periode ketiga dalam percobaan ini adalah reaksi unsur periode ketiga dengan air, reaksi oksida unsur periode ketiga dengan air, dan reaksi alumunium dengan asam basa. Untuk percobaan ini akan dipelajari warna nyala logam alkali dan alkali tanah. (Shevla)

Unsur periode ketiga ada yang dapat bereaksi dengan air dan adapula yang tidak dapat bereaksi dengan air. Na dan Mg bereaksi dengan air membentuk hidroksinya dan gas H2, sedangkan untuk Al akan bereaksi walaupun sangat lambat dengan membentuk Al2O3. Unsur Si, P, dan S tidak bereaksi dengan air. Dalam bentuk hidroksidanya sifat asam dan basa dari unsur periode ketiga berubah secara periodik dari kanan kekiri NaOH bersifat basa kuat, Mg(OH)2 basa lemah, Al(OH)3 atau HAlO2 amfoter, H2SiO3 asam sangat lemah, H3PO3 dan H3PO4  asam lemah, H2SO3 asam lemah, sedangkan H2SO4 asam kuat, HClO asam kuat. (Keenan )
Sepanjang periode dalam sistem periodik unsur terjadi perubahan sifat yang teratur, baik sifat fisis dan sifat kimianya. Urutan unsur periode ketiga dari kanan kekiri adalah Na, Mg, Al, Si, P, S, Cl, Ar. Pada suhu 25oC unsur periode ketiga berwujud padat kecuali Cl dan Ar yang berwujud gas. Mg, Al, dan Na merupakan logam yang lunak sehingga dapat diiris dengan pisau biasa. Daya hantar listrik dari unsur periode ketiga semakin kekanan semakin non konduktor. Na, Mg, Al, memiliki sifat konduktor (dapat menghantarkan listrik), sedangkan Si merupakan semi konduktor. Unsur P, Si, Cl,dan Ar tidak dapat menghantarkan arus listrik (non konduktor).
Unsur periode ketiga ada yang dapat bereaksi dengan air dan adapula yang tidak dapat bereaksi dengan air. Na dan Mg bereaksi dengan air membentuk hidroksinya dan gas H2, sedangkan untuk Al akan bereaksi walaupun sangat lambat dengan membentuk Al2O3. Unsur Si, P, dan S tidak bereaksi dengan air. Dalam bentuk hidroksidanya sifat asam dan basa dari unsur periode ketiga berubah secara periodik dari kanan kekiri NaOH bersifat basa kuat, Mg(OH)2 basa lemah, Al(OH)3 atau HAlO2 amfoter, H2SiO3 asam sangat lemah, H3PO3 dan H3PO asam lemah, H2SO3 asam lemah, sedangkan H2SO4 asam kuat, HClO asam kuat. (Brady)









DAFTAR PUSTAKA

Hiskia,achmad. 2001 . kimia dan unsur dan radio kimia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sukardjo,....... . kimia Anorganik. Fpmipa IKIP,  Yogyakarta

Shevla. 1979. Buku Teks Anailisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Alih Bahasa : A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Keenan. 1986. Kimia Untuk Universitas Edisi 6 Jilid I. Alih bahasa : A. Hadyana
Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta : Erlangga
Brady, James E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Alih Bahasa : Maun, S., Anas, K. dan Sally, T. S Jakarta: Binarupa Aksara


















 
back to top